8 Oktober 2014

Kekerasan Orang Tua Pada Anak



Tugas mencari artikel mengenai Child Abuse



dicuplik dari kajian17 juli
Keluarga adalah lingkungan pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan kepada anak. Pendidikan dalam keluarga sangat menentukan sikap seseorang, karena orangtua menjadi basis nilai bagi anak. Pola asuh, peran dan tanggung jawab yang dijalankan oleh orang tua dalam menerapkan disiplin pada anak bukan merupakan pekerjaan yang mudah, dimana kadang kala orang tua mengalami hambatan. Hambatan-hambatan tersebut berujung pada perlakuan yang salah kepada anak.

Kasus-kasus perlakuan salah yang menimpa anak-anak yang seringkali terjadi adalah kekerasan pada anak. Selama tahun 2006 (dalam Andez, 2007), data dari komnas Perlindungan Anak (PA) menyebutkan, jumlah kekerasan fisik sebanyak 247 kasus, kekerasan seksual 426 kasus sedangkan kekerasan psikis 451 kasus. Kekerasan yang menimpa anak-anak, baik dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar, terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tingginya kekerasan pada anak memperlihatkan bahwa persoalan kekerasan menjadi persoalan yang amat serius, apalagi kekerasan tersebut dilakukan oleh orang tua sendiri. Dimana orangtua seharusnya menjadi seorang yang paling bertanggung jawab atas tumbuh dan berkembangnya anak karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial.

Dari sekian pengaduan kekerasan yang diterima komnas Perlindungan Anak (PA), pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi diantaranya adalah pertama, munculnya kekerasan dalam rumah tangga, terjadinya kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya menyebabkan tidak terelakkannya kekerasan terjadi juga pada anak. Anak seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua. Kedua, terjadinya disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Ketiga, faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi adalah faktor yang banyak terjadi.

Tindak kekerasan terhadap anak merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah, seperti penyusunan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (RAN-PKTP), pembangunan pusat-pusat krisis terpadu di rumah sakit, pembangunan ruang pelayanan khusus (RPK) di Polda dan Polres, dan penyebaran informasi dan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, namun kesemua upaya tersebut belum cukup untuk menekan tingginya tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap anak.

Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain. Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah salah satu cara mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi; penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking atau jual-beli anak. Patilima (2003) menganggap kekerasan merupakan perlakuan yang salah orang tua. Patilima mendefinisikan perlakuan salah pada anak adalah segala perlakuan terhadap anak yang akibat-akibatnya mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologi sosial, maupun mental.

Rumusan masalah dalam penelitian adalah fakta bahwa telah terjadi peningkatan kekerasan anak oleh orang tua. Dimana orangtua seharusnya menjadi seorang yang paling bertanggung jawab atas tumbuh dan berkembangnya anak karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Padahal, kekerasan akan menimbulkan efek psikologis yang sangat berat bagi korban karena pengalaman traumatik masa kecilnya akan terus dibawa hingga anak menjadi dewasa.

Sedangkan secara umum tujuan penelitian ini akan mendeskripsikan bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan orang tua kepada anak. Bentuk-bentuk kekerasan tersebut antara lain, bentuk-bentuk perlakuan baik secara fisik maupun psikis yang berakibat penderitaan terhadap anak. Adapun indikator untuk mengukur variabel bentuk-bentuk kekerasan anak, antara lain; 1) Kekerasan Fisik, yaitu, perbuatan orang tua kepada anaknya yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka baik ringan maupun berat. 2) Kekerasan Psikis, yaitu, perbuatan orang tua yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan psikis berat pada anak, 3) Kekerasan Seksual, yaitu, Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetapkan dalam lingkup hidup rumah tangga tersebut; pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu, dan 4) Penelantaran Anak, yaitu, menelantarkan anak dalam lingkup rumah tangganya, membatasi atau melarang anak untuk beraktivitas yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga anak berada di bawah kendali orang tua dan timbul ketergantungan penuh pada orang tua.

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 orang anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kauman 1, Kabupaten Nganjuk. Alasan pemilihan subyek penelitian di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kauman 1, Kabupaten Nganjuk adalah (1) Berdasarkan informasi awal, diketemukan bahwa murid di SDN tersebut ada yang pernah dilaporkan mengalami kekerasan orang tua, selain itu informan adalah salah satu guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kauman 1, Kabupaten Nganjuk, (2) Laporan tentang kekerasan anak di SDN tersebut berjumlah lebih dari 2 kali dan (3) Guru di SDN tersebut bersedia membantu kelengkapan data penelitian. Adapun ciri-ciri sampel penelitian, yaitu, 1) Jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, 2) Umur, 6-18 tahun, dalam kategori pengertian anak.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala, yaitu metode pengumpulan data yang berisi serangkaian pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan diri subyek yang ingin diteleiti, dengan proses pengisian informasi melalui informasi guru kelas. Dalam penelitian ini digunakan 1 macam skala yaitu skala Bentuk-bentuk kekerasan kepada anak.
Sedangkan analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis Statistik Deskriptif, yang dilakukan untuk mengetahui deskripsi dari variabel, dimana variabel dalam penelitian ini adalah satu variabel (monovariabel). Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement), yang dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing. Selain menggunakan validitas isi, untuk menguji kesahihan alat ukur juga dilakukan dengan mengkorelasikan butir skor total. Hal ini dilakukan untuk melihat indeks diskriminasi aitem. Suatu item alat ukur dinyatakan sahih, jika mempunyai nilai positif dan memiliki p (taraf signifikansi) maksimal 5% (Hadi, 2000).

Pada penelitian ini dilakukan 2 (dua) macam analisis, yaitu Analisis Indeks Diskriminasi Item atau Kesahihan Butir dan Uji Keandalan Alat Ukur. Hasil analisis kesahihan butir terhadap skala Bentuk-bentuk kekerasan kepada anak adalah dari 60 item yang disusun, 11 item gugur dan 49 item sahih dengan koefisien korelasi (rbt) antara 0,238 – 0,769 dengan taraf signifikansi (p) = 0,046 – 0,000. Sedangkan hasil uji keandalan skala menunjukkan bahwa koefisien korelasi = 0,948 pada taraf signifikansi (p) = 0,000. Hal ini berarti skala Bentuk-bentuk kekerasan kepada anak adalah andal.
Hasil analisa data dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang dilakukan terhadap variabel bentuk-bentuk kekerasan kepada anak adalah antara lain ; 1) Analisis Deskriptif Pada Indikator Kekerasan Fisik, menunjukkan distribusi frekuensi dari data kekerasan fisik diperoleh harga mean = 33.72 dan dengan standar deviasi = 5.91. berdasarkan pedoman distribusi normal maka diklasifikasikan menjadi 5 (lima) tingkatan yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil analisis data kekerasan fisik menunjukkan klasifikasi sangat sedang = 2 subyek (4 %), rendah = 2 subyek (4 %), sedang = 36 subyek (72 %), tinggi = 10 subyek (20 %) dan sangat tinggi = 0 subyek (0 %).
Analisis Deskriptif Pada Indikator Kekerasan Psikis, menunjukkan distribusi frekuensi dari data kekerasan Psikis diperoleh harga mean = 29.96 dan dengan standar deviasi = 6.16. berdasarkan pedoman distribusi normal maka diklasifikasikan menjadi 5 (lima) tingkatan yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil analisis data kekerasan psikis menunjukkan klasifikasi sangat sedang = 0 subyek (0 %), rendah = 4 subyek (8 %), sedang = 36 subyek (72 %), tinggi = 9 subyek (18 %) dan sangat tinggi = 1 subyek (2 %).
Analisis Deskriptif Pada Indikator Kekerasan Seksual, menunjukkan distribusi frekuensi dari data kekerasan Seksual diperoleh harga mean = 33.56 dan dengan standar deviasi = 7.08. berdasarkan pedoman distribusi normal maka diklasifikasikan menjadi 5 (lima) tingkatan yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil analisis data kekerasan Seksual menunjukkan klasifikasi sangat sedang = 2 subyek (4 %), rendah = 6 subyek (12 %), sedang = 35 subyek (70 %), tinggi = 6 subyek (12 %) dan sangat tinggi = 1 subyek (2 %).

Dan Analisis Deskriptif Pada Indikator Penelantaran Anak menunjukkan distribusi frekuensi dari data Penelantaran Anak diperoleh harga mean = 21.88 dan dengan standar deviasi = 5.68. berdasarkan pedoman distribusi normal maka diklasifikasikan menjadi 5 (lima) tingkatan yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil analisis data Penelantaran Anak menunjukkan klasifikasi sangat sedang = 0 subyek (0 %), rendah = 7 subyek (14 %), sedang = 35 subyek (69 %), tinggi = 9 subyek (18 %) dan sangat tinggi = 0 subyek (0 %). Hasil perhitungan analisis data selengkapnya pada lampiran.

Berdasarkan hasil analisa data, maka dapat diketahui bahwa kekerasan orang tua terhadap anak memang masih ada dan tergolong tinggi. Meskipun secara statistik nilainya masih kecil yakni berkisar antara 12 % sampai dengan 20 %.

27 Juli 2014

Tata cara solat idul fitri dan idul adha

Tata Cara Shalat
Sunnah Idul Fitri
dan Shalat Sunnah
Idul Adha
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Asyhadu an -laa ilaaha illallaah Wa asyhadu
anna Muhammadan rasuulullaah
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul
(utusan) Allah.
Silahkan Membaca dan Menyimak
Shalat hari raya ada dua, yaitu hari raya Fitrah
tanggal 1 Syawal dan hari-hari raya Adha tanggal
10 Dzulhijjah.
Waktu shalat 'Id dimulai dari terbit matahari
sampai tergelincirnya. Kedua shalat hari raya
tersebut, hukumnya sunat muakkad bagi laki-laki
dan perempuan, mukim atau musafir. Boleh
dikerjakan sendirian dan sebaiknya dilakukan
berjamaah.
Cara Mengerjakannya
1. Pada pagi hari tanggal 1 Syawal, sesudah kita
menunaikan shalat subuh dan sesudah kita mandi
sunah Hari Raya, lalu berangkatlah menuju masjid
atau tanah lapang dengan memperbanyak
mengucapkan takbir.
2. Setelah tiba di masjid, maka sebelum duduk
shalat tahiyatul-masjid dua rakaat. Kalau ditanah
lapangan tidak ada tahiyatul-masjid, hanya
duduklah dengan ikut mengulang-ulang bacaan
takbir, sampai mulai shalat Id itu.
3. Lafazh / Niatnya ialah sebaga berikut :
->Jika shalat 'Idul Fitri :
" Ushallii sunnatal-li'iidil-fitri rak'ataini lillahi
ta'aalaa.
Artinya:
'' Aku niat shalat sunah 'Idul Fitri dua raka'at
karena Allah Ta'ala. ''
->Jika shalat 'Idul Adha :
" Ushallii sunnatal-li'iidil-adhhaa rak'ataini
lillahi ta'aalaa.
Artinya :
'' Aku niat shalat sunah 'Idil Adha dua raka'at
karena Allah Ta'ala. ''
4. Pada rakaat pertama : Sesudah niat mula-
mula membaca takbiratul ihram kemudian
membaca doa iftitah, selanjutnya takbir 7 kali dan
setiap habis takbir disunahkan membaca :
Subhaanallahi wal-hamdu lillaah wa laa ilaaha
illallah wallaahu akbar.
Artinya :
Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah,
tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha
Besar
Setelah takbir 7 kali dan membaca tasbih
tersebut. Kemudian membaca surat Al-Fatihah
dan disambung dengan membaca surat yang
disukai, dan lebih utama membaca surat Qaf atau
surat Al-A'la (Sabbihisma Rabbikal-a'laa).
5. Pada raka'at kedua, sesudah berdiri untuk
raka'at kedua membaca takbir 5 kali, dan setiap
takbir disunahkan membaca tasbih seperti pada
raka'at pertama.
Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan
diteruskan dengan bacaan surat yang kita
kehendaki, tetapi lebih utama membaca surat Al-
Ghayiah. Bacaan itu dengan suara yang nyaring.
Imam menyaringkan yakni mengeraskan suaranya
pada waktu membaca surat Al-FATIHAH dan
surat-surat lainnya, sedangkan makmum tidak
nyaring.
6. Shalat ini dikerjakan dua raka'at dan dilakukan
sebagaimana shalat-shalat lainnya.
7. Khutbah dilakukan sesudah shalat 'Id dua kali,
yaitu pada khutbah pertama membaca takbir 9
kali dan pada khutbah kedua membaca takbir 7
kali dan pembacaannya harus berturut-turut.
8. Hendaknya dalam khutbah 'Idul Fitri berisi
penerangan tentang zakat fitrah dan pada hari
raya Haji / Qurban berisi penerangan tentang
ibadah haji dan hukum kurban.
Hal -hal Yang Dilakukan Sebelum Shalat ' I' d
1. Pada hari raya disunnahkan mandi, dan berhias
dengan memakai pakaian yang sebaik-baiknya
dan menggunakan wangi-wangian yang
dimilikinya.
2. Disunahkan makan sebelum pergi shalat pada
hari 'Idul Fitri, tetapi pada hari Haji disunahkan
tidak makan kecuali setelah shalat.
3. Pergi untuk mengerjakan shalat dan pulangnya
dari shalat hendaknya mengambil jalan yang
berlainan.
4. Takbiran
Pada hari raya Fitrah dan Haji disunahkan
membaca takbir di luar shalat dan waktunya
sebagai berikut :
1. Pada hari raya Fitrah takbir dimulai dari
terbenamnya matahari hingga imam berdiri untuk
mengerjakan shalat hari raya.
2. Pada hari raya Haji takbir dimulai dari subuh
pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) dan pada
tiap-tiap shalat fardhu yang lima waktu pada
hari-hari tanggal tersebut.
3. Lafazh Takbiran :
Allaahu akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Laa
ilaaha illallahu wallaahu akbar. Allaahu Akbar
wa lillaahil-hamdu (3x). Allaahu Akbar kabiiraw
wal-hamdu lillaahi katsiiraa wa subhaanallaahi
bukrataw wa ashiilaa. Laa ilaaha illallaahu wa
laa na'budu illaa iyyaahu mukhlishiina lanud-
diina wa lau karihal-kaafiruun. Laa ilaaha
illallaahu wahdahu shadaqa wa'dahu wa nashara
'abdahu wa a'azza jundahu wa hazamal-ahzaaba
wahdah. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.
Allaahu Akbar wa lillaahil-hamdu.
Artinya :
''Allahu Maha Besar (3x). Tidak ada Tuhan
melainkan Allah, Allah Maha Besar dan segala
puji bagi Allah, Allah Maha Besar dan Maha
Agung dan segala puji bagi Allah. Maha Suci
Allah pada pagi dan petang, tiada Tuhan
melainkan Allah dan tidak ada yang kami
sembah kecuali hanya Allah, dengan ikhlash
kami beragama Kepada-Nya, walaupun orang-
orang kafir membenci. Tidak ada Tuhan
melainkan Allah sendiri-Nya, benar janji-Nya,
dan Dia menolong akan hamba-Nya, dan Dia
mengusir musuh nabi-Nya dengan sendiri-Nya,
tiada Tuhan melainkan Allah, Allah Maha Besar
Allah Maha Besar dan bagi-Nya segala puji.''
Perlu diketahui bahwa pada hari 'Idul Fitri dan
Adha, anak-anak besar kecil, tua muda supaya
meramaikannya, bahkan bagi wanita-wanita yang
sedang haid pin dianjurkan keluar lapangan,
sekalipun mereka tidak ikut shalat.
Nabi Muhammad s.a.w bersabda :
Dari Ummi 'Athiyah katanya : ''Kami
diperintahkan pergi shalat hari raya, bahkan
anak-anak gadis keluar dari pingitannya. Juga
perempuan-perempuan yang sedang haid (datang
bulan) tetapi mereka hanya berdiri saja di
belakang orang banyak, dan turut takbir dan
berdoa bersama-sama dan mereka
mengharapkan beroleh keberkahan dan kesucian
hari itu.''
Semoga bermanfaat

3 Juli 2014

2014.. menuju bulan ke 6

2014..

Tahun ini telah berlalu dalam hitungan ke 6 bulan.. telah kulalui banyak peristiwa yg tak terduga..

Di mulai dari kembalinya aku dari baroneo, bermalam di rumah sahabat-sahabat facebook ku di jatinegara dan BSD.. hehe..

Dan yg lebih luar biasa.. aku telah menginjakan tanah harom.. ;) masjidil harom dan nabawi.. subahanallah.. telah ku lakukan pula solat sunah di makaom ibrahim dan mengecup hajar aswadmu..