MAKALAH
SOSIOANTROPOLOGI
PENDIDIKAN
Dosen pengampu : Drs.Ahmad Hisbullah
Lia Gustina Ais 10110117
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
( STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
2013– 2014
KATA
PENGANTAR
Assalamuaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, dengan segala hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
Sosoantropologi pendidikan . Tak lupa sholawat serta salam senantiasa terlimpah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah sosioantropologi pendidikan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah.
Diharapkan para pembaca dapat mengambil manfaat dan hikmah dari makalah ini.
Saran serta kritik sangat penulis harapkan, mengingat mamkalah ini masih jauh
dari kata sempurna.
Kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Wassalamuaikum Wr.Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan sosiologi antropologi pendidikan di Indonesia diawali hanya sebagai ilmu pembantu belaka, namun seiring timbulnya perguruan tinggi dana kesadaran bahwa sosiologi antropologi pendidikan sangat penting dalam menelaah masyarakat Indonesia yang sedang berkembang maka sosiologi antropologi pendidikan menempati tempat yang penting dalam daftar kuliah di beberapa perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk sosiologi antropolgi pendidikan sangat dianjurkan guna mendapatkan pengetahuan yang menunjang perkembangan ilmu itu sendiri dan aplikasinya dalm kehidupan baik sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
BAB II
SEJARAH, PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
2.1
Sejarah,
Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan merupakan
disiplin ilmu yang relatif baru, berkembang di awal abad 20 dan mengalami
hambatan dalam perkembangannya, karena dianggap dapat dipelajari atau merupakan
salah satu sub dalam pembahasan sosiologi.
1. Sejarah Sosiologi Pendidikan
Kata atau istilah ”sosiologi” pertama-tama muncul dalam salah satu jilid karya tulis Auguste Comte (1978 – 1857) yaitu di dalam tulisannya yang berjudul ”Cours de philosophie Positive.” Oleh Comte, istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari suatu disiplin yang mempelajari ”masyarakat” secara ilmiah. Dalam hubungan ini, ia begitu yakin bahwa dunia sosial juga ”berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu” sebagaimana halnya dunia fisik atau dunia alam. (Faisal dan Yasik, tt:11)
Berdasarkan hal diatas, kita tahu
bahwa Comte menyakini dunia sosial juga dipelajari dengan metode yang sama
sebagaimana digunakan untuk mempelajari dunia fisik atau kealaman. Dan bidang
kajian sosiologi pendidikan sendiri, berangkat dari keinginan para sosiologi
untuk meyumbangkan pemikirannya bagi pemecahan masalah pendidikan. Dalam
pandangan mereka, pada saat itu sosiologi pendidikan diasosiakan dengan konsep
”Educational Sociology.”
Dalam perkembangannya, pada tahun 1914 sebanyak 16 lembaga pendidikan menyajikan mata kuliah ”Educational Sociology” pada periode berikutnya, muncul berbagai buku yang memuat bahasan mengenai ”Educational Sociology,” termasuk juga berbagai konsep tentang hubungan antara sosiologi dengan pendidikan.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1914 sebanyak 16 lembaga pendidikan menyajikan mata kuliah ”Educational Sociology” pada periode berikutnya, muncul berbagai buku yang memuat bahasan mengenai ”Educational Sociology,” termasuk juga berbagai konsep tentang hubungan antara sosiologi dengan pendidikan.
Selama puluhan tahun pertama, perkembangan sosiologi pendidikan berjalan lamban. Perkembangan signifikan sosiologi pendidikan ditandai dengan diangkatnya Sir Fred Clarke sebagai Direktur Pendidikan Tinggi Kependidikan di London pada tahun 1937. Clarke menganggap sosiologi mampu menyumbangkan pemikiran bagi bidang pendidikan.
Sehubungan dengan penamaan sosiologi pendidikan, terdapat perdebatan yang cukup tajam tentang penggunaan istilah-istilah yang digunakan antara lain sociological approach to education, educational sociology of education, atau the foundation. Pada akhirnya dipilih istilah sociology of education dengan tekanan dan wilayah tekanannya pada proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Adapun perkembangan sosiologi di Indonesia diawali hanya sebagai ilmu pembantu belaka, namun seiring timbulnya perguruan tinggi dana kesadaran bahwa sosiologi sangat penting dalam menelaah masyarakat Indonesia yang sedang berkembang maka sosiologi yang salah satunya adalah sosiologi pendidikan menempati tempat yang penting dalam daftar kuliah di beberapa perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
2. Pengertian Sosiologi Pendidikan Sosiologi pendidikan
terdiri dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Dilihat dari istilah etimologi
kedua kata ini tentu berbeda makna, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan
serta budaya manusia, keduanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan,
terutama dalam sistem memberdayakan manusia dimana sampai saat ini memanfaatkan
pendidikan sebagai instrumen pemberdayaan tersebut.
a. Sosiologi Secara etimologis sosiologi berasal dari kata latin “socius” dan kata Yunani “logos”. “Socius” berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, masyarakat. “logos” berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. (Chaerudin, dkk, 1995:67)
Dari segi isi, banyak ahli sosiologi mengemukakan berbagai definisi. Kita ambil sejumlah definisi untuk memberi gambaran tentang sosiologi. W.F. Ogburn dan M.F. Nimkoff dalam buku mereka “A Handbook of Sociology”, memberikan definisi sosology is the scientific of social life; yang maksudnya : sosiologi adalah studi secara ilmiah terhadap kehidupan sosial. (Ahmadi, 1984:9) Roucek dan Wafren : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. (Soekanto, 1989:16).
Menurut Ibnu Chaldun, sosiologi adalah mempelajari tentang masyarakat manusia dalam bentuknya yang bermacam-macam, watak dan ciri-ciri dari pada tiap-tiap bentuk itu dan hukum yang menguasai perkembangan. Sementara Prof. Groenman mendefinisikan sosiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia dalam usahanya menyesuaikan diri dalam suatu ikatan. Penyesuaian ini meliputi:
1. menyesuaikan diri terhadap lingkungan geografi
2.
menyesuaikan diri pada sesama manusia
3. penyesuaian diri dengan lingkungan kebudayaan sekelilingnya
(Ahmadi, 1989:9-10).
3. penyesuaian diri dengan lingkungan kebudayaan sekelilingnya
(Ahmadi, 1989:9-10).
Dari rumusan diatas kita dapat menarik kesimpulan, yaitu bahwa sosiologi adalah:
1. merupakan hidup bermasyarakat dalam
arti yang luas
2. perkembangan masyarakat di dalam
segala aspeknya
3. hubungan antar manusia dengan
manusia lainya dalam segala aspeknya
b. Pendidikan
Paedegogic berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata
“pais”, artinya anak, dan ”again” diterjemahkan membimbing, jadi paedagogic
yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Secara definitif pendidikan
(paedagogic) diartikan, sebagai berikut:
1. Jhon Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam
dan sesama manusia. (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:69)
2. Langeveld Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam
membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang
disadari dan dilaksanakan di sengaja antara orang dewasa dengan anak yang belum
dewasa (Suwarno, 1992:49)
3. Ki Hajar Dewantara Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya. (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:69)
4. Undang-undang Republik Indonesia SISDIKNAS No.20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian diatas, pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus-menerus.
3. Ki Hajar Dewantara Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya. (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:69)
4. Undang-undang Republik Indonesia SISDIKNAS No.20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian diatas, pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus-menerus.
c. Sosiologi Pendidikan
R.J. Stalcup mengemukakan bahwa sociology of education
merupakan suatu analisis terhadap proses-proses sosiologis yang berlangsung
dalam lembaga pendidikan. Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga pendidikan
itu sendiri. (Faisal dan Yasin, tt:39)
Beberapa pengertian sosiologi pendidikan yang lain termuat dalam Nasution (2004: 4):
Beberapa pengertian sosiologi pendidikan yang lain termuat dalam Nasution (2004: 4):
1. menurut George Payne, yang kerap disebut bapak Sosiologi
pendidikan, secara spesifik memandang sosiologi pendidikan sebagai studi yang
komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segala segi ilmu yang
dterapkan. Baginya, sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu
dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan sosiologis. Adapun menurutnya
adalah memberikan guru-guru, para peneliti yang efektif dalam sosiologi yang
dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang
pendidikan.
2. F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan
sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan
pengalamannya. Sosiologi pendidikan juga mempelajari kelakuan sosial serta
prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
3. E.B.Reutern: Sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban
untuk menganalisa lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan
perkembangan manusia dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh lembaga-lembaga
pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi
pada dasarnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial saling mempengaruhi
(process social interaction).
Tidak ketinggalan, Gunawan (2006:2) mengemukakan definisinya tentang sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis. Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Tidak ketinggalan, Gunawan (2006:2) mengemukakan definisinya tentang sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis. Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Aktivitas masyarakat dalam pendidikan, merupakan sebuah
proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrumen oleh individu untuk dapat
berinteraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi lain,
sosiologi pendidikan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian
masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang
muncul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan suatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan suatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.
3. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Penelitian dan analisis terhadap sistem pendidikan
berdasarkan keduanya yang sekarang, tentunya sudah bisa dikuatkan antar-antar
ruang lingkup sosiologi pendidikan. Karena minat dan pengalaman, ruang lingkup
yang diajukan ini terbatas pada wilayah analisis seputar sistem pendidikan
formal. Dalam hubungan ini, Nasution (2004:6-7), mengemukakan ruang lingkup
sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok berikut ini:
1. hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek
lain dalam masyarakat
a. hubungan pendidukan dengan sistem
sosial atau struktur social
b. hubungan antara sistem pendidikan
dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c. fungsi pendidikan dalam kebudayaan
d. fungsi sistem pendidikan dalam
proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e. fungsi sistem pendidikan formal
bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya
2. hubugan antar manusia di dalam Sekolah
a. hakikat kebudayaan Sekolah sejauh ada perbeadaanya dengan kebudayaan diluar sekolah dan
b. pola interaksi sosial dan stuktur
masyarakat Sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan,
stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam
clique serta kelompok-kelompok murid lainnya
2. pengaruh Sekolah terhadap perilaku
dan kepribadian semua pihak disekolah / lembaga pendidikan
a. peranan sosial guru-guru / tenaga
pendidikan
b. hakikat kepribadian guru / tenaga
pendidikan
c. pengaruh kepribadian guru / tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak / peserta didik, dan
d. fungsi Sekolah / lembaga pendidikan dalam sosial murid / peserta didik.
c. pengaruh kepribadian guru / tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak / peserta didik, dan
d. fungsi Sekolah / lembaga pendidikan dalam sosial murid / peserta didik.
4.
hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah / lembaga pendidikan. Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu :
a. Pengaruh masyakarat atas organisasi
Sekolah /lembaga pendidikan
b. Analisis proses pendidikan yang
terdapat dalam sistematis sosial dalam masyarakat luar sekolah.
c. Hubungan antara Sekolah dan
masyarakat pendidikan dan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam
masyarakat yang berkaitan dengan organisasi Sekolah, yang perlu untuk memahami
sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam kehidupan
masyarakat.
Ruang lingkup sosiologi pendidikan tersebut pada dasarnta untuk mempererat dan meningkatkan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
Ruang lingkup sosiologi pendidikan tersebut pada dasarnta untuk mempererat dan meningkatkan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
2.2 . Sejarah, Pengertian dan Ruang Lingkup Antroplogi
Pendidikan
1. Sejarah Antropologi Pendidikan
Sejarah tentang antroplogi pendidikan tidak bisa kita
pisahkan dari perkembangan ilmu antropologi itu sendiri, karena antropologi
pendidikan merupakan bagian dari antroplogi.
Antroplogi sebagai sebuah ilmu mengalami tahapan-tahapan dalam dalam perkembangannya. Koentjaraningrat (1986:1-5) membaginya ke dalam 4 (empat) tahap.
Tahap pertama, ditandai dengan tulisan tangan bangsa Eropa
yang melakukan penjajahan di benua Afrika, Asia, dan Amerika pada akhir abad
ke-15. Tulisan itu merupakan deskripsi keadaan bangsa-bangsa yang mereka
singgahi. Deskripsi yang dituliskan mencakup adat istiadat, suku, susunan
masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik. Deskripsi tersebut sangat menarik bagi
masyarakat Eropa karena berbeda dengan keadaan di Eropa pada umumnya. Bahan
deskripsi itu disebut juga Etnografi (Etnos berarti bangsa)
Tahap kedua, mereka menginginkan tulisan-tulisan atau deskripsi
yang tersebar itu dikumpulkan jadi satu dan diterbitkan. Isinya disusun
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat, yaitu masyarakat dan kebudayaan
manusia berevolusi dengan sangat lambat, dari tingkat rendah sampai tingkat
tertinggi. Dari sinilah bangsa-bangsa digolongkan menurut tingkat evolusinya.
Sekitar tahun 1860, terbit karangan yang mengaklasifikasikan berbagai
kebudayaan tingkat evolusinya. Saat itu lahirlah antropologi.
Dengan demikian pada tahap kedua ini, antroplogi telah
bersifat akademis. Pada tahap ini, antropologi mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitiv untuk memperoleh pengertian mengenai tingkat-tingkat
perkembangan dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran manusia di dunia.
Tahap ke tiga, antropologi menjadi ilmu yang praktis. Pada
tahap ini, antropologi mempalajari masyarakat jajahan demi kepentingan
kolonial. Hal ini berlangsung sekitar awal abad ke-20. Pada abad ini,
antropologi semakin penting untuk mengukuhkan dominasi bangsa-bangsa Eropa
Barat di daerah jajahannya. Dengan antropologi, bangsa Eropa mempelajari dan
tahu bagaimana menghadapi masyarakat daerah jajahannya. Selain itu,
bangsa–bangsa terjajah pada umumnya belum sekompleks bangsa Eropa Barat. Oleh
karena itu, mempelajari bangsa-bangsa terjajah bagi bangsa Eropa dapat menambah
pengertian mereka tentang masyarakat mereka sendiri (Bangsa Eropa Barat) yang
kompleks.
Tahap ke empat, antropologi berkembang sangat luas, baik dalam akurasi bahan pengetahuanya maupun ketajaman metode-metode ilmiahnya. Hal ini berlangsung sekitar pertengahan abad ke-20. Sasaran penelitian antropologi di masa ini bukan lagi suku bangsa primitiv dan bangsa Eropa Barat, tapi beralih pada penduduk pedesaan, baik mengenai keanekaragaman fisik, masyarakat, maupun kebudayaannya termasuk suku bangsa di daerah pedesaan di Amerika dan Eropa Barat itu sendiri, peralihan sasaran penelitian itu terutama disebabkan oleh munculnya ketidaksenangan terhadap penjajahan dan makin berkurangnya masyarakat yang dianggap primitiv.
Seperti halnya antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha menyusun genaralisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.
Shomad (2009:1) menyatakan bahwa studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi.
Di Indonesia, sebagai negara yanag sedang membangun, sangat diperlukan pengenalan kondisi yang lebih baik dan lebih lengkap agar pembangunan yang diberlakukan tidak menimbulkan kesenjangan dengan kondisi yang sejatinya. Antropologi pendidikan sering sejalan dengan perkembangan tersebut. Dewasa ini antropologi pendidikan sendiri atau bersama-sama dengan sosiologi pendidikan, menjadi mata kuliah wajib di lembaga pendidikan tenaga kependidikan.
Tahap ke empat, antropologi berkembang sangat luas, baik dalam akurasi bahan pengetahuanya maupun ketajaman metode-metode ilmiahnya. Hal ini berlangsung sekitar pertengahan abad ke-20. Sasaran penelitian antropologi di masa ini bukan lagi suku bangsa primitiv dan bangsa Eropa Barat, tapi beralih pada penduduk pedesaan, baik mengenai keanekaragaman fisik, masyarakat, maupun kebudayaannya termasuk suku bangsa di daerah pedesaan di Amerika dan Eropa Barat itu sendiri, peralihan sasaran penelitian itu terutama disebabkan oleh munculnya ketidaksenangan terhadap penjajahan dan makin berkurangnya masyarakat yang dianggap primitiv.
Seperti halnya antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha menyusun genaralisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.
Shomad (2009:1) menyatakan bahwa studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi.
Di Indonesia, sebagai negara yanag sedang membangun, sangat diperlukan pengenalan kondisi yang lebih baik dan lebih lengkap agar pembangunan yang diberlakukan tidak menimbulkan kesenjangan dengan kondisi yang sejatinya. Antropologi pendidikan sering sejalan dengan perkembangan tersebut. Dewasa ini antropologi pendidikan sendiri atau bersama-sama dengan sosiologi pendidikan, menjadi mata kuliah wajib di lembaga pendidikan tenaga kependidikan.
2. Pengertian Antropologi Pendidikan
a. Antroplogi
Antropologi berasal dari kata Yunani ”antrophos” yang
berarti ”manusia” dan ”logos” yang berarti ”ilmu”. Jadi antropologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat.
Menurut R. Bedediet (Harsojo,1984:1) perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan
kepada sifat khusus badaniah dan cara produksi tradisi serta nilai-nilai yang
membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.
Definisi tentang antropologi juga muncul dalam situs wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/antropologi), yaitu :
Definisi tentang antropologi juga muncul dalam situs wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/antropologi), yaitu :
• William A. Havilan
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisai yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
• David Hunter
• David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang manusia
• Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk pada fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antroplogi yaitu sebuah ilmu yanag mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnnya berbeda-beda.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antroplogi yaitu sebuah ilmu yanag mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnnya berbeda-beda.
b. Pendidikan
Ngalim Purwanto (1995:11) menyatakan bahwa pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Esensi dari pendidikan itu sendiri ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, ide-ide dan nilai-nilai spiritual serta estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda setiap masyarakat atau bangsa.
c. Antropologi Pendidikan
Antropologi pendidikan merupakan sebuah kajian sistematik,
tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, tetapi juga
tentang asumsi yang dipakai antropologi terhadap pendidikan dan asumsi yang
dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan. (Imran Manan dalam Zamzami,
http://Izamzami.multiply.com/reviews/item/s)3)
Menurut Shomad (2009:1), antropologi pendidikan mengkaji penggunaan teori-teori dan metode yang digunakan oleh para antropolog serta pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat. Dengan demikian, antropologi pendidikan bukan menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif antropologi.
Menurut Shomad (2009:1), antropologi pendidikan mengkaji penggunaan teori-teori dan metode yang digunakan oleh para antropolog serta pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat. Dengan demikian, antropologi pendidikan bukan menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif antropologi.
Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan
informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan
semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat, pendidikan
memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu
keseluruhan.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan
percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek
pendidikan dalam perspektif budaya, sehingga antropologi menyimpulkan bahwa
sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam
membimbing masyarakat.
3. Ruang Lingkup Antropologi Pendidikan
Ralphlinton dalam Shomad (2009:3) menganggap kebudayaan
adalah warisan sosial. Warisan sosial tersebut mempunyai dua fungsi. Pertama,
fungsi bagi penyesuaian diri dengan masyarakat. Kedua, fungsi bagi penyesuaian
diri dengan lingkungan.
Lebih lanjut, Shomad (2009:3-4), menjelaskan implementasi pendidikan sebagai penyesuaian diri dengan masyarakat, lingkungan dan kebudayaan sebagai bentuk ruang lingkup antroplogi pendidikan berlangsung dalam proses:
Lebih lanjut, Shomad (2009:3-4), menjelaskan implementasi pendidikan sebagai penyesuaian diri dengan masyarakat, lingkungan dan kebudayaan sebagai bentuk ruang lingkup antroplogi pendidikan berlangsung dalam proses:
a. Proses sosialisasi:
Proses ini dimulai sejak bayi baru
lahir. Bayi berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, hingga terjadi
komunikasi timbal balik dan seterusnya hingga ia tumbuh dan berkembang.
Adapun yang menjadi sorotan dalam proses sosialisasi yaitu:
1. adanya konflik oleh ketidakharmonisan antara keinginan pribadi, anak dengan tuntutan norma dan aturan yang berlaku
2. perbedaan status ekonomi dan letak geografis
b. Proses Enkulturasi
Adapun yang menjadi sorotan dalam proses sosialisasi yaitu:
1. adanya konflik oleh ketidakharmonisan antara keinginan pribadi, anak dengan tuntutan norma dan aturan yang berlaku
2. perbedaan status ekonomi dan letak geografis
b. Proses Enkulturasi
Enkulturasi, artinya pembudayaan. Yang dimaksud adalah proses pembudayaan anak agar menjadi manusia berbudaya.
Dalam proses ini pranata, yaitu sistem norma atau aturan-aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus. (Koentjaraningrat,1980:164).
Adapun yang biasa menjadi kajian dalam proses ini, yaitu:
1. Perbedaan jenis kelamin
2. Perbedaan umur
3. Perbedaan/perubahan status
(inisiasi)
c. Proses Internalisasi
Proses internalisasi yaitu proses
penerimaan dan menjadikan warisan sosial (pengetahuan budaya) sebagai isi
kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku sehari-hari selama hayat masih
dikandung badan.
Dalam proses ini kita mendapatkan adanya perbedaan pada masing-masing individu berupa perbedaan kepribadian dan pengalaman.
Dalam proses ini kita mendapatkan adanya perbedaan pada masing-masing individu berupa perbedaan kepribadian dan pengalaman.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Sehubungan
dengan penamaan sosiologi pendidikan, terdapat perdebatan yang cukup tajam
tentang penggunaan istilah-istilah yang digunakan antara lain sociological
approach to education, educational sociology of education, atau the foundation.
Pada akhirnya dipilih istilah sociology of education dengan tekanan dan wilayah
tekanannya pada proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
R.J. Stalcup mengemukakan bahwa sociology of education merupakan suatu analisis terhadap proses-proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan. Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga pendidikan itu sendiri.
Nasution mengemukakan ruang lingkup sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok berikut ini:
• hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
•
hubungan antar manusia di dalam Sekolah
•
pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak disekolah /
lembaga pendidikan
•
hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat
Shomad menyatakan bahwa studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi.
Shomad menyatakan bahwa studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi.
Antropologi pendidikan merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropologi terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan
Ralphlinton menganggap kebudayaan adalah warisan sosial. Warisan sosial tersebut mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi bagi penyesuaian diri dengan masyarakat. Kedua, fungsi bagi penyesuaian diri dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu.1984. Pengantar Sosiologi. Sala:
Ramadhani.
Ahmad,
Abu dan Uhbiyati, Nur. 2001. Ilmu
Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Chaerudin, dkk.1995. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Faisal, Sanapiah dan Yasik, Nur. tt. Sosiologi Pendidikan. Surayaba: Usaha Nasional.
Gunawan, Ary H. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem Pendididikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaerudin, dkk.1995. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Faisal, Sanapiah dan Yasik, Nur. tt. Sosiologi Pendidikan. Surayaba: Usaha Nasional.
Gunawan, Ary H. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem Pendididikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasojo.1984.
Pengantar Antropologi. Bandung: Bina Cipta.
Koentjaraningrat.1986.
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Nasution.
2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto,
Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar