17 Mei 2013

tes psikologi



 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan salah satu pengguna tes psikologi yang potensial. Berbagai tes psikologi di butuhkan dalam rangka mengumpulkan data dan informasi yang relevan dengan usaha peningkatan kualitas pengajar maupun siswanya. Idealnya dalam penyelenggaraan tes di sekolah, konselor (tidak menutup kemungkinanguru bidang studi atau guru kelas) melakukan assessment kebutuhan sesuai dengan informasi yang telah di inginkan, setelah kebutuha sesuai dengan informasi yang di inginkan. Setelah kebutuhan teridentifikasi, maka proses penyelenggaraan tes dimulai dengan bekerjasama dengan pihak terkait, antara lain orang tua dan biro psikologi atau biro testing.

1.2.Permasalahan
Dalam makalah ini, ruang lingkup yang akan di bahas adalah:
a.       Adakah profile biro psikologi yang menyediakan jasa testing baik individu maupun klasikal di Bandar Lampung?
b.      Bagaimana latar belakang penyelenggaraan tes tersebut di sekolah?
c.       Apakah peran konselor dalam testing?
d.      Bagaimana sistematika penyelenggaraan testing di sekolah?
e.       bagaimanakah dinamika testing di sekolah yang ada di Bandar Lampung?

BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Profil Biro Psikologi yang menyediakan Jasa Pengetesan Baik Individual Maupun Klasikal

Dalam dunia pendidikan, dewasa ini memang sangat membutuhkan kerja sama dengan lembaga yang menangani masalah assessment individu maupun kelompok. Salah satunya yang ada di Bandar Lampung adalah “Biro Psikologi Terapan Psiko Mandiri” yang terletak di Jalan Kepayang Gg. Cendana 17 Rajabasa, Bandar Lampung 35144 dan Jalan Dua Kibang N0. 63 Menggala Tengah Tulang Bawang. Lembaga yang di ketuai oleh Yurni Musa, M.Psi., Psikolog memiliki SIP.01/IP:07-06/1421. Lembaga ini melayani konsultasi, psikotest, Assessment karyawan, pelatihan pernikahan dan parenting, dan Terapi ABK.

Lembaga ini telah bekerja sama dengan berbagai jenjang sekolah yang ada di kota Bandar Lampung. Salah satunya yaitu Yayasan SMK BLK, Way Dadi, Sukarame, Bandar Lampung. Untuk meningkatkan kualitas pengajarnya, sebanyak 40 guru diwajibkan mengikuti uji kelayakan. Adapun tujuannya untuk mengetahui sejauhmana kesiapan dan kemampuan 40 guru tersebut dalam mendidik siswa dan melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM).

Selain itu, lembaga ini pun membuka program khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Dimana yang di didiknya adalah anak-anak yang memiliki latar belakang penanganan khusus. Seperti Autis, gangguan pusat perhatian, ADHD, DS. Selain itu lembaga ini pun telah bekerja sama dengan instansi pemerintahan maupun swasta untuk mengassesment pegawai dan karyawan yang ada. Tes Intelegensi pun di lakukan lembaga ini, banyak permintaan yang datang kepada mereka untuk melakukan tes, baik secara individu maupun secara klasikal. Mayoritas yang menggunakan jasa ini adalah jenjang Usia Dini. Pada jenjang menengah pertama ataupun menengah atas/kejuruan, lembaga ini memberikan tes yang berupa minat dan bakat, penjurusan dll.

2.2. Latar Belakang Sekolah yang di pilih terkait tes yang pernah di selenggarakan di lingkungan sekolah tersebut.

Berikut hasil wawancara bersama guru Bimbingan dan Konseling, yaitu ibu Vestiana Anistasia, S.Pd. Adapun sekolah yang telah menggunakan jasa lembaga psikologi di lingkungannya adalah Yayasan Pendidikan dan Perguruan Islam Pondok Pesantren Al- Hikmah, yang terletak di jalan Sultan Agung Gang Raden Saleh 23, Way Halim, Bandar Lampung. Yayasan Pendidikan ini sengaja menggunakan jasa lembaga tersebut di karenakan banyaknya peminat yang ingin masuk dan belajar di sekolah tersebut. Untuk di ketahui, sekolah ini membuka jenjang Pondok Pesatren; Raudhatul Atfhal (TK); Madrasah Ibtidaiyah (MI/SD); Madrasah Tsanawiah (MTs/SMP); dan Madrasah Aliyah (MA/SMA). Di karenakan kurikulum yang digunakan oleh sekolah berbeda dengan sekolah lainnya dan memiliki pola pendidikan yang terpadu (keilmuan Agama dan Umum) maka perlunya di adakan tes. Dengan tujuan agar siswa yag mendaftar dapat di ketahui tingkat pemahaman inteleqtualnya, kemampuan penalarannya, kemampuan tangkap, kemampuan ingatan, kemampuan hitung, kemampuan verbal, serta kreatif dan inovasi. Sehingga setelah di tes, dengan melihat hasil tes tersebut panitia penerimaan murid baru dapat memutuskan apakah rekomendasi yang di berikan kepada siswa yang mendaftar. Apakah akan di rekomendasikan disarankan, di pertimbangkan atau bahkan tidak di sarankan untuk bergabung bersama lingkungan pendidikan tersebut.

Jadi dengan demikian, peran lembaga psikologi tersebut sangat berperan penting sekali bagi kemajuan Yayasan Pendidikan tersebut. Tidak saja melakukan tes di awal penerimaan murid baru. Di sekolah ini pun, lembaga psikologi melakukan tes penjurusan kepada siswi yang akan memilih jurusan pada kelas 3 kelak. Dengan demikian anak didik tidak akan ragu akan memilih jurusan yag ada.








2.3. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Penyelenggaraan Tes

Adapun peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau konselor dalam penyelenggaraan tes Berdasarkan kode etik profesi konselor (2005), testing merupakan suatu jenis tes yang hanya bisa diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Konselor wajib selalu memeriksa dirinya apakah mempunyai wewenang yang dimaksud. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh konselor, diantaranya :
a.       Testing hanya bisa diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
b.      Konselor yang berwenang adalah konselor yang telah menempuh pendidikan sertifikasi tes dalam bimbingan dan konseling
c.       Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang sifat atau ciri kepribadian subyek untuk kepentingan layanan.
d.      Konselor wajib memberikan orientasi yang tepat kepada klien dan orang tua mengenai alasan digunakannya tes disamping arti dan kegunaannya.
e.       Penggunaan suatu jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes tersebut.
f.       Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing wajib diperlakukan setara dengan data dan informasi lain tentang klien.
g.      Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien.

Aturan mengenai pelaksanaan dan penggunaan informasi hasil testing juga diperkuat oleh kode etik profesi psikolog (HIMPSI) dalam pasal 10 yang berbunyi “interpretasi hasil pemeriksaan psikologik tentang klien atau pemakai jasa psikologi hanya boleh dilakukan oleh Psikolog berdasarkan kompetensi dan kewenangan”
Dalam buku Using Tests In Counseling (Leo Goldman; 1971 hal 352 diuraikan bahwa konselor sekolah perlu:
a.       Menyesuaikan data untuk memprediksi potensi klien.
b.      Melengkapi data non-tes dengan data tes.
c.       Menginterpretasi data untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan.
Pemahaman perkembangan peserta didik mensyaratkan konselor menguasai kompetensi sebagai pelayan profesional. Tujuan kompetensi ini adalah untuk menyediakan suatu uraian pengetahuan dan ketrampilan konselor sekolah yang dbutuhkan dalam area penilaian dan evaluasi. Sebab efektivitas penilaian dan evaluasi adalah kritis untuk konseling efektif, kompetensi ini adalah penting untuk pendidikan dan praktik konselor sekolah. Berikut ini sembilan kompetensi konselor yang harus dimiliki kaitannya dengan tes adalah :
1.      Konselor Sekolah terampil memilih strategi penilaian.
2.      Konselor Sekolah dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengevaluasi instrumen penilaian yang paling umum digunakan.
3.      Konselor Sekolah adalah terampil teknik administrasi dan metode instrumen skoring penilaian.
4.      Konselor Sekolah terampil menginterpretasikan dan mengasesmen pelaporan hasil.
5.      Konselor Sekolah terampil menggunakan penilaian untuk pengambilan keputusan.
6.      Konselor Sekolah terampil memproduksi, menginterpretasikan, dan mempresentasikan informasi statistik tentang hasil penilaian.
7.      Konselor Sekolah adalah terampil melaksanakan dan menginterpretasikan evaluasi program konseling sekolah dan intervensi terkait dengan konseling.
8.      Konselor Sekolah terampil mengadaptasikan dan menggunakan daftar pertanyaan, survei, dan penilaian lain untuk menemukan kebutuhan lokal.
9.      Konselor Sekolah mengetahui bagaimana menggunakan profesionalisme secara bertanggung jawab dalam asesmen dan praktik evaluasi.

2.4. Bagaimana alur/sistematika/prosedur penyelenggaraan tes di sekolah
Persiapan, yaitu hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan testing seperti; instrumen tesnya, lembar jawaban, berita acara penyelenggaraan tes, alat menunjuk waktu (stopwatch), dan ruangan tempat testing.
Pelaksanaan, yaitu berisi cara-cara menyelenggarakan tes sesuai dengan manual tes psikologis yang bersangkutan.
Skoring dan penyusunan laporan, yaitu kegiatan untuk memberikan skor, skor dihitung berdasarkan jawaban betul yang menghasilkan  skor mentah (raw score), selanjutnya skor mentah itu dikonversikan dengan norma tes, yang menghasilkan skor baku seperti IQ (intelligence quotient), dan EQ (emotional quotient).
Pelaporan hasil tes, merupakan hal yang amat penting. Hasil testing psikologis hendaknya disajikan dalam bentuk laporan yang sederhana, menarik, obyektif, dan spesifik, sehingga mudah digunakan.

2.5. Dinamika Penyelenggaraan Tes di Sekolah yang Terletak di Bandar Lampung.

Sejak tahun 2004 hingga kini, tes IQ menjadi tren di jenjang Usia Dini hingga SD di berbagai kota besar khususnya di Bandar Lampung. Untuk meningkatkan “gengsi”, sekolah ramai-ramai menyeleksi anak-anak yang hendak masuk sekolah dengan tes IQ itu, apa kelemahan dan kelebihannya, dan kapan semestinya hal itu dilakukan. Sekian lama, memang Intelegensi Quotient (IQ)  telah memonopoli teori kecerdasan. Kecerdasan seseorang hanya diukur lewat hasil tes intelegensi, yang logis-matematis, kuantitatif dan linear. Akibatnya, sisi-sisi kecerdasan manusia yang lainnya terabaikan. Seperti kata Howard Gardner, kecerdasan itu tidak tunggal tapi majemuk (Multiple Intelegence), meski semuanya sebenarnya bisa saja dikembalikan kepada tiga jenis kecerdasan dasar : Intelligence Quotient (IQ), Emotional Intelligence (EI) dan Spiritual Intelligence (SI).
Sejalan dengan perkembangan dan hasil-hasil riset ilmiah di bidang-bidang yang terkait dengan teori kecerdasan, kritik-kritik atas IQ pun sesungguhnya telah banyak disampaikan oleh para psikolog sendiri-terutama setelah semakin berkembangnya temuan-temuan di bidang neurosains, atau neurologi, atau neurobiologi. Selanjutnya, di bawah ini adalah kritik-kritik atas IQ dan tesnya (Efendi; 2005).
 
Jadi, spesifiknya, kemampuan yang dinilai oleh tes IQ antara lain: daya tangkap, daya ingat, minat terhadap lingkungan atau pengetahuan umum (yang menggambarkan kesigapan anak terhadap berbagai peristiwa di sekitarnya dan stimulasi dari lingkungan), kemampuan bahasa (pemahaman konsep-konsep bahasa), kemampuan analisis dan sintesis dalam tataran konseptual maupun praktis, kemampuan memecahkan masalah secara konseptual maupun praktis, fleksibilitas berpikir, kemampuan konsentrasi, serta kemampuan dasar numerik atau hitung menghitung.
Jika di tanyakan, apakah tujuan dari tes tersebut?

Nah, berikut ini bincang-bincang saya selengkapnya dengan psikolognya seputar tes IQ pada anak prasekolah. Sebenarnya, apa tujuan TK melakukan tes IQ pada murid-muridnya? Biasanya lebih ditujukan untuk mengevaluasi kesiapan anak masuk sekolah dasar nantinya. Juga untuk mengetahui (taraf kecerdasan yang diperoleh melalui skor IQ) si anak. Beberapa sekolah dasar ada yang menjadikan (taraf kecerdasan) tersebut sebagai suatu hal mutlak yang menentukan diterima-tidaknya si anak di sekolah itu. Kalau yang ini, biasanya tes IQ dilakukan di SD sebagai proses penerimaan siswa baru di SD tersebut.

Ada pula yang memanfaatkan tes IQ untuk penempatan kelas di SD, misal, penempatan kelas khusus atau kelas reguler. Juga ada yang memanfaatkannya sebagai dasar dari pembuatan program khusus. Contoh, anak berkebutuhan khusus tentu memerlukan program belajar khusus. Nah, sekolah dapat memanfaatkan hasil tes IQ dengan melihat pada kekuatan dan kelemahan si anak. Jika melalui tes IQ ternyata diketahui ada kelemahan dalam kemampuan bahasa, maka bisa dirancang program yang dapat mengembangkan kemampuan bahasa untuk membantu proses belajar si anak di SD.


Kalau begitu, ada manfaatnya juga ya tes IQ untuk anak TK?

Kembali pada kebutuhan dan tujuan sekolah itu sendiri. Jika tak ada tujuan khusus ataupun suatu manfaat yang didapat dari hasil tes IQ, baik manfaat bagi sekolah maupun bagi anak, sebaiknya anak tak perlu ikut.

Jika tidak ikut tes IQ, bagaimana kita dapat melihat kesiapan si anak bersekolah nantinya?Kesiapan atau kematangan anak bersekolah tidak ditentukan oleh skor IQ saja. Tak kalah penting terutama kematangan emosinya yang dapat dilihat antara lain dari.

1. Kemandirian, terutama adalah kemampuan memilih kegiatan yang ingin dilakukan, serta rasa percaya diri dalam bertindak.
2. Tingkat ketergantungan pada orang tua; apakah anak sudah mampu berpisah dari orangtuanya untuk jangka waktu tertentu dan dapat menerima tokoh otoritas lain seperti guru? Juga, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah baik lingkungan sosial maupun lingkungan belajar.

3. Ketepatan prestasi kerja. Maksudnya, anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, mampu memusatkan perhatian pada tugas, bagaimana daya tahan dalam mengerjakan tugas, daya konsentrasi, keuletan, serta kemandirian mengatasi kesulitan dalam penyelesaian tugas.

4. Keteraturan dalam berpikir dan bertindak. Bagaimana anak dapat mengarahkan tingkah lakunya di sekolah, kemampuan mengikuti rutinitas, serta kemampuan bersosialisasi dengan teman maupun guru.


Bila tidak menggunakan tes IQ, apakah ada tes lainnya untuk mengukur kesiapan sekolah? Ya, tes IQ memang bukan satu-satunya tes yang tersedia untuk mengukur kesiapan sekolah. Masih ada tes khusus yang mengukur kematangan sekolah anak atau mengevaluasi kesiapan anak untuk bersekolah. Aspek yang diukur dalam tes tersebut adalah.

1. Persepsi visual atau kemampuan pengamatan, antara lain mengukur kemampuan anak dalam membedakan bentuk dan mengukur ketajaman pengamatan atau kemampuan membedakan bentuk dengan latarnya. Kemampuan ini nantinya sangat diperlukan dalam proses belajar, terutama dalam membaca dan menulis.

2. Motorik halus, yaitu kemampuan anak dalam membuat bentuk-bentuk sederhana sebagai dasar dari kemampuan menulis.

3. Konsep dasar berhitung seperti kemampuan membandingkan ukuran, jumlah, dan urutan.

4. Daya ingat.
5. Kemampuan konsentrasi.
6. Pemahaman konsep-konsep dasar dan penilaian terhadap situasi, pemahaman instruksi dan bahasa.



Apakah tes tersebut lebih bagus dibandingkan tes IQ?

Bagaimanapun, setiap tes memiliki kelebihannya sendiri. Namun memang, tes IQ memiliki beberapa keunggulan, di antaranya.

- Dapat memberikan profil mengenai kekuatan dan kelemahan anak. Tentunya dalam kemampuan intelektual.

- Bisa memprediksi prestasi akademis yang dapat dicapai oleh anak.

- Hasil tes IQ juga lebih bermanfaat bagi anak yang mengalami gangguan perkembangan, karena melalui hasil tes IQ dapat diketahui batas-batas kemampuan anak dan pengaruh dari gangguan yang dialami terhadap kemampuan belajar anak, sehingga melalui hasil tersebut dapat dikembangkan program khusus yang dapat mendukung keberhasilan belajar anak.

PERSIAPAN KHUSUS? Sebenarnya, mulai usia berapa anak dapat ikut tes IQ?
Sejak usia 2 tahun, anak sudah bisa dites IQ. Namun ingat, harus dilakukan sesuai kebutuhan. Misal, ada kebutuhan untuk mencari masalah atau gangguan pada anak menyangkut tingkat kecerdasannya untuk menentukan treatment yang sesuai.
Andaikan saya tetap ingin mengikutsertakan anak tes IQ, apa yang harus diperhatikan?

Tidak perlu persiapan khusus, kok. Yang penting, ketika menjalani tes IQ, anak harus dalam kondisi sehat dan keadaan emosi yang positif. Jadi, anak perlu istirahat cukup sebelum tes, hindari aktivitas yang melelahkan dan jangan lupa makan sesuai kebutuhannya supaya dapat berkonsentrasi selama tes.
Apa lagi yang harus menjadi perhatian orangtua kalau anaknya hendak tes IQ?

Tidak memaksa anak untuk belajar bahkan melakukan drilling sebelum tes yang sebetulnya memang tidak perlu. Ada juga yang mewanti-wanti anaknya untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, duduk dengan tenang, dan sebagainya. Padahal, itu semua tidak perlu karena justru membuat anak merasa cemas dan dapat memengaruhi hasil pemeriksaan IQ. Jadi, kalau anak mau tes IQ, santai saja deh.
Seperti apa penyelenggaraan tes IQ untuk anak prasekolah?
Tes dilakukan secara individual, satu anak dengan satu psikolog, mengingat kemampuan konsentrasi dan rentang perhatian yang masih terbatas. Cara tes seperti ini cukup efektif. Disamping itu mereka biasanya juga melakukan pendekatan khusus atau rapport di awal pengetesan. Utamanya untuk beradaptasi dengan situasi tes ataupun beradaptasi dengan tester sehingga mereka dapat mengikuti pengetesan secara optimal.

Tapi, kok di sekolah dilakukan secara massal?Sebetulnya, pelaksanaan secara klasikal atau berkelompok untuk anak prasekolah tidak terlalu efektif, bahkan hasil yang diperoleh dapat menjadi kurang optimal.

ada pendapat yang mengataka bahwa skor dapat berubah?
Jika hasil skor tes anak rendah, bagaimana kita menyikapinya?
Bersikaplah bijaksana. IQ hanya salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan belajar anak, jadi bukan satu-satunya. Meskipun dapat memprediksi prestasi akademis, namun hasil tes IQ memiliki keterbatasan dalam memprediksi keberhasilan kerja nantinya. Pengukuran IQ yang ada saat ini juga masih belum mampu mengevaluasi konsep IQ secara multidimensi atau belum dapat mengakomodasi pengukuran multiple intelligence.

Jadi, ada baiknya orangtua memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki anak melalui hasil tes IQ yang diperoleh saat ini, namun tidak menjadikannya sebagai "patokan" dan beranggapan bahwa hasil tersebut sudah harga mati yang tidak dapat berubah.
Akan lebih baik jika hasil tersebut digunakan untuk mengembangkan berbagai kemampuan anak, baik kemampuan yang belum tampil secara optimal maupun memperkuat kemampuan yang sudah optimal, misalnya dengan memperbanyak stimulasi.

Jika hasil yang diperoleh ternyata kemampuan intelektual anak berfungsi di bawah rata-rata, ada baiknya orang tua berkonsultasi dengan ahlinya atau psikolog untuk menentukan arah pendidikan serta treatment yang dapat dilakukan selanjutnya.
Jika anak saya nanti di SD misalnya dilakukan tes IQ lagi apakah hasil skornya sama?

Hasil tes IQ masih dapat berubah sesuai dengan perkembangan anak, terutama selama usia 5 tahun pertama. Bahkan setelah usia 5 tahun masih dapat terjadi perubahan yang signifikan dalam kemampuan inteligensi.

Apa yang menyebabkan hasil tersebut bisa berubah?
Karena ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi, di antaranya:

- Faktor pengukuran, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan proses pengetesan, antara lain jenis item yang bisa sangat beragam seperti pengukuran wawasan, koordinasi antara mata dan tangan, persepsi visual, bahasa, numerik, problem solving, dan sebagainya. Tentunya, jenis item ini yang sesuai dengan usia atau kemampuan anak.

- Faktor lainnya adalah kesalahan dalam administrasi tes dan skoring, faktor situasional—seperti pendekatan awal yang dibina atau rapor, kelelahan, kondisi fisik anak, motivasi, rentang perhatian, toleransi terhadap frustrasi, rasa percaya diri, tingkat aspirasi, kecemasan, reaksi terhadap kegagalan—serta jarak waktu antara pengambilan tes pertama dengan tes berikutnya.

- Faktor lingkungan, yaitu faktor fisik dan emosional—seperti kondisi kesehatan fisik, adanya trauma emosional, juga kemampuan berpisah dari orangtua—serta faktor stimulasi kognitif, yaitu berbagai rangsangan dari lingkungan yang dapat memperkaya kemampuan intelektual anak).

- Faktor nutrisi juga berperan penting dalam perkembangan inteligensi seseorang.

Usai bincang-bincang tersebut, kini saya jadi lebih mengerti dan dapat mengambil keputusan atas penawaran tes IQ yang diberikan pihak sekolah.

Semakin banyaknya persaingan antar lembaga tes psikologi yang ada di Lampung, tidak menutup kemungkinan bahwa ada lembaga yang tidak berbuat sesuai norma yang berlaku. Misalnya mereka menyelenggarakan tes namun hasil uji tidak reliable dan valid. Atau bahkan mereka tidak memberikan informasi yang jelas terhadap hasil tes. Oleh karena itu hendaklah dengan bijak kita memilih lembaga tes yang ada di Bandar Lampung (170513_liakanjeng)











Daftar Pustaka

1.      hariadimemed.blogspot.com
4.      Wawancara bersama Narasumber Vestiana Anistasia, S.Pd. (Guru Bimbingan Konseling) YP dan Perguruan Islam Al- Hikmah.
5.      Wawancara bersama Narasumber Yurni Musa, M.Psi., Psikolog (Biro Psikologi Terapan Psiko Mandiri)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar